Babad Cerbon sangat sedikit menyinggung tentang Syekh Datuk Kahfi. Tetapi selain itu, disebutkan juga tentang seorang ulama yang bernama Maulana Dhofi yang memiliki sebuah pertapaan di Banyuputih, tempat dimana Sunan Gunung Jati melakukan meditasi sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melakukan syiar Islam. Tidak dijelaskan pula tentang Syekh Datuk Kahfi dan juga Maulana Dhofi, apakah mereka adalah orang yang sama atau berlainan. Dalam beberapa tradisi banyak yang menyebutkan bahwa antara Syekh Nurul Jati dengan Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Datuk Khafid adalah julukan dari orang yang sama. Nama Kahfi berasal dari bahasa Arab yang berarti gua dan dikaitkan dengan banyaknya gua yang terdapat di pesantrennya pada waktu itu di Amparan Jati, yang kemudian menjadi makamnya dan bernama Gunung Jati. Sehingga ia pun kemudian dijuluki sebagai ‘rajanya gua’ karena kebiasannya mengajarkan agama di dalam gua. Sedangkan Khafid juga dikaitkan dengan kegiatannya sebagai guru agama Islam atau juga berarti sebagai salah seorang penghafal Al-Qur’an. Menurut legenda, di pantai utara Jawa Barat terdapat dua buah pesantren yang terkenal dan dipimpin oleh orang-orang keturunan Arab. Yang satu berada di Karawang, dipimpin oleh Syekh Quro dan yang satu lagi di Amparan Jati dipimpin oleh Syekh Nurjati atau Syekh Nurul Jati. Sedangkan Syekh Dzatul Kahfi atau lebih mudah disebut Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Datuk Khafid yang bernama asli Idhafi Mahdi, adalah seorang muballigh asal Baghdad . Beliau tiba di Pelabuhan Muara Jati bersama rombongan sebanyak 22 orang, dua diantaranya adalah wanita, dan diterima dengan baik oleh Ki Jumajan Jati, sang syahbandar Pelabuhan Muara Jati, yang kemudian memperbolehkannya untuk menetap di sana. Syekh Datuk Kahfi bersama rombongannya kemudian menjadi murid dari Syekh Nurjati. Bahkan kemudian, ketika memasuki usia yang telah lanjut, Syekh Nurjati lalu menunjuk Syekh Datuk Kahfi sebagai penggantinya untuk memimpin di pesantren Amparan Jati. Tatkala Syekh Datuk Kahfi memimpin pesantren, majelis pengajiannya di Gunung Amparan Jati menjadi makin terkenal. Banyak sekali santri-santri yang ikut belajar agama Islam, diantaranya ialah putra-putri Prabu Siliwangi dengan Nyai Subanglarang. Mereka adalah Raden Walangsungsang dengan istrinya Indang Geulis, dan adiknya Nyai Rarasantang. Mereka inilah yang kemudian berperan dalam Pembangunan Cirebon dan juga syiar Islam di wilayah Jawa Barat. Bahkan kemudian Raden Walangsungsang menjadi pendiri sekaligus Pemimpin di Cirebon. Dan konon, di tempat pengajian inilah tampaknya Nyai Rara Santang bertemu atau dipertemukan dengan Syarif Abdullah, cucu Syekh Maulana Akbar dari Gujarat. Yang kemudian setelah mereka menikah, lahirlah Raden Syarif Hidayatullah, yang dikemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Makam Syekh Datuk Kahfi berada di Pasambangan, kompleks makam Gunung Sembung di Bukit Gunung Jati, satu komplek dengan makam Sunan Gunung Jati.
sangat membantu saya untuk lebh memahami sejrah nusantara terutama para ulama teradahulu.
081807788554
pada tahun berapa kah syeh nur jati mulaui siar islam pulau jawa
ya baguslah bat menambah wwasan kita supaya tau sejarah